Selasa, 28 September 2010

CHILDREN SEE, CHILDREN DO

CONTOH PROPOSAL TESIS


A. Latar Belakang Penelitian
Peningkatan sumberdaya manusia sangat diperlukan dalam menunjang  pembangunan nasional, baik fisik maupun mental supaya bangsa ini dapat mencapai kualitas dalam pemahaman secara global. Salah satunya  melalui suatu kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi semua adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang akan membawa kita ke arah perubahan pengatahuan, sikap, perilaku dan nilai-nilai serta ketrampilan yang bermangfaat baik secara pribadi maupun secara kelompok dan masyarakat. Perubahan tersebut dapat mengantar kita untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan yang semakin bervariasi dan memberikan jalan kearah pemenuhan
Jika dikaji dari aspek sumber daya manusia Penduduk berjumlah besar sekaligus berkualitas merupakan modal pelaksana pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan segala bidang, namun penduduk yang berjumlah besar tanpa diupayakan pengembangan kualitasnya akan menjadi beban bagi pembangunan.
Kualitas sumber daya manusia harus dipahami dalam pengertian kesadaran manusia terhadap eksistensinya sebagai manusia ; manusia yang menyadari eksistensi dirinya atau keberadaannya.  Kesadaran akan eksistensinya tercermin pada ikhtiar untuk memperkuat ketahanan dirinya dan melaksanakan peranannya dalam proses berinteraksi dengan lingkungan, sehingga perannya mempunyai makna dalam hidupnya.
Dalam upaya penanggulangan berbagai masalah  yang terdapat dalam sektor energi, baik untuk keperluan rumah tangga, maupun untuk industri dan transportasi,   Pemerintah melakukan berbagai upaya antara lain  rencana pengurangan penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Sejalan dengan hal itu pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber-sumber energi alternatif lainnya yang dianggap layak, dilihat dari segi teknis, ekonomi, dan lingkungan, apakah itu berupa biofuel, biogas/gas bio, briket arang dan lain sebagainya.
Beberapa waktu yang lalu sempat menjadi wacana kemungkinan digunakannya briket batu bara. Namun, belakangan upaya ke arah itu agaknya tidak diteruskan atau sementara dihentikan dulu karena dianggap belum layak dari segi lingkungan khususnya jika digunakan untuk energi rumahtangga. Dalam rangka pemenuhan keperluan energi rumah tangga khususnya di perdesaan maka perlu dilakukan upaya yang sistematis untuk menerapkan berbagai alternatif energi yang layak bagi masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut maka salah satu upaya terobosan yang dilakukan adalah melaksanakan program Bio Energi Perdesaan (BEP), yaitu suatu Program BEP-Biogas Skala Rumah Tangga  dalam upaya pemenuhan energi secara swadaya (self production  ) oleh masyarakat khususnya di perdesaan, dengan cara memfermentasi kotoran ternak menggunakan digester yang didesain khusus dalam kondisi anaerob  
Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan antara lain :
1 . Keuntungan pengolahan limbah
(a) Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami.
(b) Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan proses   
      kompos  aerobik  ataupun penumpukan sampah .
(c)  Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang.
(d)  Memperkecil rembesan polutan .
2. Keuntungan energi
(a) Proses produksi energi bersih .
(b) Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui .
(c) Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan.
3 . Keuntungan lingkungan .
(a) Menurunkan emisi gas metan dan karbon dioksida secara signifikan .
(b) Menghilangkan bau . WART4ZOA Vol. /6 No. 3 Th . 2006
(c) Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi .
(d) Memaksimalkan proses daur ulang .
(e) Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehingga memperkecil   
      kontaminasi sumber air .
4. Keuntungan ekonomi Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus ulang proses . Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup  yang disebut digester .
Pemanfaatan biogas di Indonesia sebagai energi alternatif sangat memungkinkan untuk diterapkan di masyarakat, apalagi sekarang ini harga bahan bakar minyak yang makin mahal dan kadang-kadang langka keberadaannya . Besarnya potensi Limbah biomassa padat di seluruh Indonesia adalah 49.807,43 MW. Biomassa seperti kayu, dari kegiatan industri pengolahan hutan, pertanian dan perkebunan, limbah kotoran hewan, misalnya kotoran sapi, kerbau, kuda, dan babi juga dijumpai di seluruh provinsi Indonesia dengan kualitas yang berbeda-beda . Pada saat ini sebagai sumber bahan baku biogas tersedia secara melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal (SOEPARDJO, 2005) .
Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penggunaan teknologi biogas, seperti demonstrasi instalasi dan pelatihan mengoperasikan digester untuk masyarakat. Di tahun 1984, jumlah digester yang telah dibangun di Indonesia hanya 100 unit, sembilan tahun kemudian menjadi 350 unit (WILOSO et al ., 1995) . Peningkatan jumlah digester yang tidak signifikan ini diduga sebagai akibat  lambatnya adopsi inovasi ditingkat masyarakat.  Kelambatan inovasi BEP-Biogas di tingkat masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor masyarakat dan faktor luar ; seperti penyuluhan, media, metode yang digunakan, tokoh mayarakat, serta kebijakan pemerintah.
Menurut Roger and Schoemaker sit. Abdillah Hanafi (1981) ada empat komponen yang mempunyai peranan penting dalam proses penyebaran inovasi, yaitu anggota sistem sosial sebagai penerima inovasi, Agen Pembaru, Tokoh masyarakat dan saluran komunikasi yang digunakan dalam penyebaran inovasi (Media masa dan penyuluh).

Kelambatan adopsi inovasi BEP Biogas  di Kecamatan Lembang diduga disebabkan oleh faktor–faktor  yang telah diuraikan  sebelumnya, untuk mengetahui proses adopsi inovasi BEP biogas di Kecamatan Lembang maka dilakukan Penelitian ini.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pejelasan tersebut di atas maka diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah proses  penerapan BEP biogas di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
2.    Faktor-faktor determinan yang mempengaruhi adopsi inovasi BEP biogas di kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
3.    Hambatan dan dorongan terjadinya proses adopsi inovasi i BEP biogas di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
4.    Bagaimanakah dampak dari adopsi inovasi BEP biogas 

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.   Tujuan Penelitian
Secara umum Tujuan penelitian ini untuk mengkaji, mengamati dan mendiskripsikan proses pembelajaran adopsi inovasi BEP biogas dikecamatan Lembang Kabupaten Bandung Jawa Barat, fakktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi BEP biogas. Serta sejauh mana faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap adopsi inovasi BEP biogas, hambatan dan dorongan terjadinya proses adopsi inovasi BEP biogas di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
2.   Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian ini  diharapkan sebagai tambahan informasi bagi instansi terkait dalam upaya pengembangan Pendidikan Luar Sekolah (PLS), terutama pengembangan yang didasari konsep teoritik dari fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, berkenaan dengan Program adopsi inovasi BEP biogas.
Sebagai umpan balik dalam rangka pembinaan dan pengambilan keputusan pihak terkait terhadap perkembangan dan kemajuan dalam adopsi inovasi BEP biogas. yang akan dilakukan.  Memberikan nilai-nilai fungsional dalam rangka adopsi inovasi masyarakat dan meningkatkan teknologi tepat guna dalam hal ini adalah BEP biogas.
Memberikan masukan dalam hal ini bagi para Praktisi Pendidikan Luar Sekolah khususnya di Kecamatan Lembang gambaran praktis, mudah dipahami dalam pelaksanaan pelatihan bagi masyarakat.

D.   PENDEKATAN MASALAH
1.   Penerapan Inovasi BEP Biogas
Salah  satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah tangga, maupun untuk industri dan transportasi. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan pemerintah ialah rencana pengurangan penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga.
Sejalan dengan hal itu pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber-sumber energi alternatif lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknis, ekonomi, dan lingkungan, apakah itu berupa biofuel, biogas/gas bio, briket arang dan lain sebagainya. Beberapa waktu yang lalu sempat menjadi wacana kemungkinan digunakannya briket batu bara.  Namun, belakangan upaya ke arah itu agaknya tidak diteruskan atau sementara dihentikan dulu karena dianggap belum layak dari segi llingkungan khususnya jika digunakan untuk energi rumahtangga. Dalam rangka pemenuhan keperluan energi rumah tangga khususnya di perdesaan maka perlu dilakukan upaya yang sistematis untuk menerapkan berbagai alternatif energi yang layak bagi masyarakat.
Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang  pencerna (digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terbesar adalah gas Methan (CH4) sekitar 54-70% serta gas karbondioksida (CO2) sekitar 27-45%.  Gas methan (CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800 sampai 6700 kcal/m³, sedangkan gas metana murni mengandung energi 8900 Kcal/m³.  Karena nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan,  memasak,  menggerakkan mesin dan sebagainya.  Sistim produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan seperti (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas .
Pada tahun 2005 peternak sapi di daerah Lembang Kabupaten Bandung mulai memanfaatkan teknologi biogas dengan digester yang terbuat dari plastik setebal 250 mikron . Sekitar 66  peternak sapi di daerah Subang, Garut dan Tasikmalaya juga telah menggunakan digester yang berkapasitas 5000 liter . Kondisi ini diharapkan terjadi juga di daerah peternakan di luar Jawa . Penelitian terhadap teknologi pencernaan anaerobik yang lebih maju telah berlangsung dalam beberapa tahun ini . Keuntungan pencernaan anaerobik sangat tergantung pada peningkatan proses yang lebih tinggi hasil biogas per m3 biomasa dan peningkatan derajat perombakan . Lebih lanjut keuntungan juga dapat ditingkatkan dengan konversi efluen proses menjadi produk yang berharga (HARTMANN dan AHRING, 2005) .
Teknologi biogas adalah suatu teknologi yang dapat digunakan dimana saja selama tersedia limbah yang akan diolah dan cukup air. Di negara maju perkembangan teknologi biogas sejalan dengan perkembangan teknologi lainnya.  Untuk kondisi di Indonesia, teknologi biogas dapat dibangun dengan kepemilikan kolektif dan dipelihara secara bersama . Beberapa alasan mengapa biogas belum populer penggunaannya di kalangan peternak atau kalaupun sudah ada banyak yang tidak lagi beroperasi, yaitu kurang sosialisasi, teknologi yang diterapkan kurang praktis dan perlu pemeliharaan yang seksama dan kurangnya pengetahuan para petani tentang pemeliharaan digester .
2.   Faktor-Faktor Yang  Mempengaruhi  Adopsi Inovasi
Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah terjadinya perubahan perilaku penerima latihan, menurut Sukandar Wiriatmaja (1986) perubahan perilaku penerima latihan terjadi melalui proses adopsi Inovasi.  Selanjutnya menurut Rogers and Schoemaker (1971) Proses Adopsi Inovasi adalah proses mental dan fisik yang terjadi pada diri seseorang pada saat mengetahui suatu inovasi, yaitu suatu gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorangan.
Menurut Sukandar Wiraatmaja (1986) dalam proses adopsi  inovasi terdapat lima tahapan yang secara berurutan, yakni tahap sadar, tahap minat, tahap menilai, tahap mencoba, dan tahap menerapkan.  Seseorang mengetahui adanya inovasi pada tahap sadar, tetapi pengetahuan tentang inovasi itu masih sedikit, sehingga minatnya masih bersifat umum.  Selanjutnya minat umum itu berubah menjadi suatu yang bersifat personal, kemudian mulai menilai apakah inovasi itu cocok bagi usaha yang sedang dilakukannya, dan dia akan terus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinannya. Setelah orang itu mempertimbangkannya lalu mencoba menerapkannya dalam skala kecil  untuk menentukan apakah sesuai dengan usaha yang dilakukannya. Pada tahap akhir yaitu tahap Menerapkan (Adopsi) dia akan menerapkan secara tetap dan dalam skala besar apabila percobaan yang dilakukan berhasil.
Kecepatan peserta dalam mengadopsi inovasi BEP biogas dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor peserta itu sendiri sebagai penerima inovasi dan faktor-faktor lain diluar diri penerima inovasi, pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Rogers and Schoemaker (1971) yang menyatakan ada empat faktor yang berperan dalam proses penyebaran inovasi, yaitu penerima inovasi, peranan Pembaru, tokoh masyarakat sebagai sumber penyebaran inovasi dan saluran komunikasi yang digunakan.
Anggota sistem sosial sebagai penerima inovasi dalam penyebaran inovasi BEP Biogas, Agen Pembaru sebagai pembawa inovasi adalah seorang penyuluh.  Tokoh masyasrakat  sebagai sumber penyebaran inovasi adalah tokoh yang dianggap berpengaruh dimasyarakat dan  kontak tani,  Sedangkan saluran komunikasi adalah media dan metode penyuluhan yang digunakan.  Peranan keempatan faktor tersebut dapat mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi BEP biogas.   Peternak sebagai penerima inovasi, menurut Sukandar Wiriatmaja (1986)  berdasarkan kecepatan adopsi inovasi terdiri atas lima golongan yakni ; golongan perintis, golongan pelopor, golongan penganut awal, golongan lambat dan golongan penolak.
Penyuluh sebagai pembawa inovasi baru menurut Aida Vitalaya Syafri Hubalay (1987) berperan sebagai sumber inovasi bagi peternak, sebagai penghubung petani kepada sumber-sumber informasi yang tidak dapat akses sendiri oleh peternak,  sebagai katalisator dan dinamisator di dalam mengarahkan dinamika perseorangan atau kelompok untuk menciptakan suasana belajar yang diinginkan, dan sebagai pendidik yang mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan .
Tokoh masyarakat sebagai sumber penyebaran inovasi di dalam penyebaran inovasi BAP Biogas adalah kontak tani dan tokoh Peternak Sapi. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Sumardi Suryatna (1987) yang mengemukakan bahwa kontak tani adalah petani yang telah berhasil menerapkan inovasi pertanian yang lebih baik sehingga menjadi contoh bagi petani di sekitarnya dan secara aktif menyebarluaskan inovasi pertanian tersebut. Menurut Sukandar Wiriatmaja (1986) kontak tani adalah petani teladan yang aktif dalam penyuluhan teknologi baru kepada para petani di daerahnya.
Menurut Departemen Pertanian (1989) dalam penyebaran inovasi , kontak tani berperan sebagai pemimpin kelompok yang mengorganisasi, menggerakan, membimbing dan mengarahkan kegiatan kelompoknya, sebagai ketua kelas belajar bagi kelompoknya, sebagai pembaru yang menyebarkan inovasi pertanian dan menerapkannya di dalam usaha taninya sendiri maupun di lingkungannya. Serta sebagai mitra kerja pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian, dan sebagai penyuluh swakarsa.
Saluran komunikasi yang di gunakan dalam penyebaran inovasi adalah berupa media dan metode penyuluhan. Menurut Sumardi Suryatna (1987). Media penyuluhan pertanian dapat di gambarkan sebagai perantara yang menghubungkan penyuluh dengan petani, dan sebagai alat komunikasi yang dapat memindahkan fakta, gagasan, pendapat, dan perasaan penyuluh kepada petani.   Menurut Sukandar Wiriatmaja (1986) maupun Toto Bermana Belli (1988), saluran komunikasi dalam penyuluhan pertanian adalah berupa media dan atau metode yang digunakan. Menurut Sumardi Suryatna (1987) berdasarkan bentuknya media penyuluhan ada enam golongan, yaitu media visual, media audio, media audio visual, media tempat meragakan, media pengalaman nyata, dan media cetakan. Menurut Lunandi (1987) media yang merupakan saluran komunikasi berdasarkan indera penerimanya ada empat golongan, yaitu media yang dapat di lihat, media yang dapat di dengar, media yang dapat dilihat dan didengar, dan media yang dapat didengar dan di rasakan. Menurut Berlo (1960), dalam Toto Bermana Belli, 1988), penggunaan media komunikasi harus dapat mengenal berbagai indera, yaitu indera pendengaran, penglihatan, pencium, perabaan dan pengecapan.
Menurut Sumardi Suryatna (1987), selain media metode juga merupakan saluran komunikasi. Menurut Runes dan Dagobert (1963), dalam Toto Bermana Belli, 1988) metode penyuluhan pertanian adalah langkah-langkah kerja teknik dan non tektik yang digunakan untuk mencapai tujuan penyuluhan pertanian. Selanjutnya menurut Sukandar Wiriatmaja (1986) dalam mengkomunikasikan suatu inovasi metode yang digunakan harus sesuai dengan keadaan sasaran, cukup dalam jumlah dan mutu, tepat mengenai sasaran dan waktunya, pesan harus mudah diterima dan dimengerti, serta murah biayanya.

Bimbingan Konseling & Kebutuhan Khusus



BAB I
PENDAHULUAN

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.
Selain itu Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.   Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi. Pada dasarnya tingkat kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri yaitu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor luar yang diprediksi berpengaruh terhadap kompetensi profesional seorang guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah.
Sikap guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap pekerjaan agar seorang guru mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi profesional yang tinggi.  , mengingat peran guru dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah amatlah sentral. 
Profesionalitas seorang guru tercermin dalam kegiatan pembelajaran yang dikelolanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional, atau masih berpusat pada guru (teacher centered), kurang mendorong siswa mengembangkan potensi, dan cenderung lebih menekankan pada penyampaian materi pelajaran (subject matters oriented). di mana guru tampak aktif sendiri menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya mendengar, menyimak dan mencatat.
Kegiatan pembelajaran ternyata tidak semuanya dilakukan secara konvensional, karena beberapa guru telah melakukan pembelajaran sesuai kaidah PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Interaktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Hal ini ditandai dengan adanya penerapan berbagai metode pembelajaran, pemanfaatan berbagai sumber belajar termasuk lingkungan, dan menekankan pada keaktifan siswa untuk belajar serta mengembangkan berbagai potensi. Guru yang melaksanakan pembelajaran seperti ini memiliki prinsip, bahwa dalam proses pembelajaran bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran, melainkan mendorong siswa untuk belajar mempelajari segala sesuatu sesuai dengan minat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa para guru yang melaksanakan pembelajaran seperti ini merasa tidak takut menghadapi ujian nasional (UN), karena siswa merasa siap diuji oleh siapapun dan dengan cara apapun.
Temuan lain berkenaan dengan tingkat efektivitas pembelajaran yang ternyata tidak terkait langsung dengan ketersediaan atau kelengkapan media pembelajaran. Sekolah yang telah memiliki sarana dan media yang lengkap, belum memanfaatkan secara efektif; dan pembelajaran yang dilaksanakan masih konvensional sehingga peralatan masih terbatas sebagai alat peraga. Sebaliknya, sekolah yang tidak didukung peralatan dan media pembelajaran yang memadai telah mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kaidah PAIKEM.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Guru dituntut selalu meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Guru pendidikan dasar perlu memiliki kemampuan memantau atas kemajuan belajar siswanya sebagai bagian dari kompetensi pedagogik dengan menggunakan berbagai teknik asesmen alternatif seperti pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, potofolio, memajangkan karya siswanya.  
Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa guru perlu memiliki seperangkat keterampilan dan kompetensi agar dapat mengajar secara efektif, yaitu 1) Pengetahuan tentang watak dan kebutuhan siswa berbakat, 2) Keterampilan menggunakan teks dan tes, 3) Keterampilan menggunakan dinamika kelompok, 4) Keterampilan dalam bimbingan dan konseling, 5) Keterampilan dalam pengembangan pemikiran kreatif, 6) Keterampilan menggunakan strategi seperti simulasi, 7) Keterampilan memberikan kesempatan belajar pada semua tingkat kognitif (mulai tingkat rendah sampai tingkat tinggi), 8) Keterampilan dalam menghubungkan dimensi kognitif dan afektif, 9) Pengetahuan tentang perkembangan baru dari pendidikan, 10) memiliki pengetahuan tentang riset mutakhir mengenai perkembangan siswa (Munandar, 2001).
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang  dapat meng­kon­disikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seorang guru yang baik tentu selalu berusaha menciptakan pembelajaran yang efektif.  Pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai kemajuan secara maksimal dalam proses belajarnya. Siswa sering menghadapi kesulitan atau masalah dan membutuhkan bantuan serta dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk menyelesaikan kesulitan atau masalah tersebut. Agar dapat membantu siswa secara tepat perlu diketahui terlebih dahulu apakah kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa tersebut, baru kemudian dianalisis dan dirumuskan pemecahannya. Untuk keperluan ini diperlukan tes diagnostik-

Rabu, 24 Maret 2010

PENGARUH KONSENTRASI NaCL DAN CH3COOH SEBAGAI PENGEKSTRAK RENNET ABOMASUM KAMBING TERHADAP AKTIFITAS KOAGULASI SUSU




Wisnu Wardhono
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya


Abstrak

Enzim protease yang terdapat dalam ekstrak rennet abomasum adalah Rennin, enzim ini terdapat pada kelenjar ephitalium dalam bentuk zymogen yang belum aktif yaitu prorennin dan pepsinogen, enzim ini bersifat asam, yaitu pada sisi aktifnya terdapat paling sedikit dua gugus karboksil yang dapat bereaksi dengan gugus NH asam amino protein membentuk senyawa diasylimino dan melepas senyawa RCOOH. Kadar elektrolit yang tinggi umumnya mempengaruhi kelarutan protein oleh sebab itu larutan garam NaCl sering digunakan untuk mengekstrak protein. Rennin bersifat amfolitik dan mempunyai tatapan desosiasi pada gugus basanya, terutama pada gugus terminal karboksil dan gugus terminal amino nya. Aktifitas maksimum enzim berada pada suasana pH asam, stabil pada pH 5 sedangkan pada pH 3 – 5 rennin mengalami autokatalis dan di atas pH 6 mengalami denaturasi. Fungsi asam asetat (CH3 COOH) dalam larutan pengekstrak adalah memberikan suasana yang cocok, sehingga ekstrak rennet serta aktifitas enzim rennin optimum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi garam NaCl dan asam asatat (CH3COOH) dalam larutan pengestrak yang tepat, sehingga diperoleh ekstrak rennet yang mempunyai aktifitas optimal. Metode statistik yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak lengkap dengan pola faktorial dan diulang sebanyak 3 kali. Adapun perlakuannya adalah Konsentrasi asam asetat 1,00 %,1,50 % dan 2,00 % sedangkan konsentrasi NaCl 4%, 5%, 6% dan 7%. Berdasarkan hasil pengamatan kombinasi perlakuan NaCl dan CH3COOH menunjukkan interaksi antara konsentrasi NaCl dan asam asetat (CH3COOH) terhadap derajat keasaman (pH), waktu koagulasi dan aktivitas ekstrak rennet. kombinasi terbaik untuk mengekstrak rennet dari abomasum kambing yaitu asam asetat 1,00% dengan NaCl 5% .

Kata Kunci : Abomasum, Rennet, enzim rennin, NaCl , asam asetat, keju

PENDAHULUAN
Rennet adalah ekstrak dari Abomasum anak sapi yang belum disapih atau ternak ruminansia lainnya, sedangkan rennin adalah enzim yang terdapat dalam rennet. Rennin termasuk enzim protease asam, yakni enzim yang pada lokasi aktif terdapat dua gugus karboksil. Keaktifan rennin dapat dihambat oleh p-bromofenasilbromida. Enzim rennin pada dasarnya aktif pada derajat keasaman (pH) rendah. (Winarno, 1995). Dalam industri makanan (Dairy Product) Rennet banyak digunakan untuk menggumpalkan susu menjadi keju. Penggunaan rennet akan memberikan hasil yang lebih optimal, curd kasein lebih kompak, elastis dan rendemennya lebih besar, bila dibandingkan dengan bahan penggumpal lain, seperti garam, asam, alkohol dan pemanasan serta kombinasi dari bahan tersebut. Enzim rennin sementara ini masih harus didatangkan dari luar negeri karena belum adanya industri yang membuat enzim rennin di Indonesia.
Enzim rennin ini stabil pada derajat keasaman (pH) 3 – 5, pada derajat keasaman (pH) ini rennin mengalami outokatalisis dan pada derajat keasaman (pH) di atas 6 rennin mengalami denaturasi dengan cepat. Rennet hasil ekstraksi dari abomasum anak sapi paling aktif pada derajat keasaman (pH) 6,2 - 6,4 oleh karena itu kedua aktifitas tersebut lebih bersifat komplementer dari pada aditif. Ekstraksi obomasum ternak rumenansia untuk memperoleh ekstrak rennet dilakukan dengan menggunakan garam NaCl, garam ini berfungsi mempermudah melarutkan protein enzim karena sifat elektrolitnya (Richardson, 1976) sedangkan mengaktifkan enzim menggunakan larutan asam CH3COOH. (Scott, 1981), (Cheesemen, (1981).
Rennin terbentuk melalui proses hidrolisis Zymogen prorennin yang mempunyai berat molekul 36000 menjadi rennin yang mempunyai berat molekul 31000. Pada suasana asam (derajat keasaman (pH) 5), proses Hidrolisis berlangsung secara outokatalisis sedangkan pada derajat keasaman (pH) 2 proses menjadi lebih cepat (Winarno, 1995). Oleh sebab itu, untuk memperoleh aktiftas enzim yang optimum, maka larutan pengesktrak, diusahakan mendekati derajat keasaman (pH) isi perut abomasum ruminansia yaitu derajat keasaman (pH) asam (derajat keasaman (pH) 3), karena suasana asam dapat mengaktifkan enzim.(Scott, 1981) Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan garam NaCl dan asam asetat (CH3COOH) pada Imbangan tertentu dapat menghasilkan aktifitas yang optimum dari Rennet.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi garam NaCl dan asam asatat (CH3COOH) dalam larutan pengestrak yang tepat, sehingga diperoleh ekstrak rennet yang mempunyai aktifitas optimal.

PEMANFAATAN KEONG BEKICOT UNTUK PAKAN IKAN DAN TERNAK

Oleh : Wisnu Wardhono

PENDAHULUAN
Dalam perkembangbiakannya Keong bekicot termasuk hewan hermaprodit, ovo dan spermatozoa dibentuk bersama-sama di dalam ovo testis, tetapi untuk fertilisasi telur-telurnya di perlukan spermatozoa dari Keong bekicot lain karena spermatozoa dari hewan yang sama tidak dapat membuahi telur-telur.

Setiap bertelur seekor Keong bekicot sanggup mengeluarkan sekitar 300 - 500 butir, satu dengan yang lainnya terbungkus lendir dan berderet. Proses penetasan tidak dierami, tetapi menetas secara alamiah setelah 7 - 9 hari keluar dari tubuh induknya menjadi keong-keong muda.

Pada musim penghujan daya tetas telur Keong bekicot tinggi mencapai 90 persen, sedangkan musim kemarau hanya sekitar 60 - 70 persen. Keong mulai bertelur sekitar umur 5 - 6 bulan .

Penggunaan Keong bekicot sebagai ransum/pakan ternak sudah banyak dilakukan tertama oleh peternak itik, sebagai sumber protein hewani. Penggunaan 15 persen tepung Keong bekicot pada pakan broiler menghasilkan bobot badan selama 2 minggu adalah 1,99 kg dengan konversi pakan 2,38, sedangkan penggunaan 15 persen tepung ikan menghasilkan bobot badan 1,87 dengan konversi pakan 2,21 (Bambang, 1979).

BUDIDAYA KEONG BEKICOT
Menurut Balai Informasi Pertanian Kayu Ambon Lembang cara membudidayakan Keong bekicot adalah sebagai berikut :
• Lokasi untuk beternak bekicot dipilih tempat yang teduh dan lembab,atau ditempatkan dalam kotak-kotak yang berukuran 4x4 meter dengan tinggi 1 meter, disekeliling bak dibuat parit/selokan yang berisi air dan bagian atas dari kotak ditutup dengan menggunakan Kawat ram dengan bermesh besar.

• Bibit bekicot diambil dari alam ( sekitar areal persawahan, pertanian) dipilih yang besar-besar untuk mempercepat proses perkembangbiakan. Jumlah Keong bekicot setiap bak berisi 800 - 1000 ekor.

• Makanan yang diberikan berupa limbah pertanian yang mudah didapat seperti daun pisang, daun jagung, rumput, kol, daun pepaya batang pisang dan lain-lain, diberikan setiap seminggu sekali.
• Bekicot dapat dipanen kurang lebih satu bulan untuk pertamakalinya,kemudian dan seterusnya setiap hari. Apabila diperlukan bekicot dalam jumlah banyak, maka bak yang diperlukan banyak pula.

PEMBUATAN TEPUNG KEONG BEKICOT
Tepung Keong bekicot dibuat dengan cara sebagai berikut :
• Bekicot yang sudah dikumpulkan direbus sekitar 20 menit, maksudnya untuk menghilangkan lendir. Kemudian Keong bekicot yang telah direbus tersebut di Trimming (menghilangkan bagian yang tidak diperlukan) dan dipotong-potong kecil ½ - 1 cm2.

• Selanjutnya dikeringkan menggunakan oven pada temperatur 60 derajat celsius selama 12 jam atau menggunakan sinar mata hari sampai dicapai kadar air 4 - 6 persen.

• Keong bekicot yang sudah kering kemudian ditepungkan dengan menggunakan mesin penepung/ ditumbuk selanjutnya disaring dengan alat penyaring dengan ukuran 40 - 60 mesh dan dikemas dalam plastik yang berukuran 3 kg.

• Tepung Keong bekicot siap dicampur dengan bahan lain untuk dibuat pakan.

TEPUNG KEONG BEKICOT SEBAGAI SUMBER PROTEIN HEWANI PAKAN ALTERNATIF
Untuk membuat pakan ikan dan ternak maka perlu diperhatikan penyusun pakan tersebut, antara lain : sumber protein, energi, dan mineral.
Protein merupakan komponen utama dalam menentukan kecepatan pertumbuhan dan produksi ikan dan ternak. Protein yang penting adalah protein hewani yang mengandung asam-asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ikan atau hewan ternak dalam komposisi yang berimbang.
Komposisi Asam amino dari tepung bekicot dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 1. Kandungan Asam amino Tepung Bekicot

ASAM AMINO Persen ASAM AMINO Persen
Lisin 4,35 Arginin 4,88
Histidin 1,43 Asam aspartat 5,98
Treonin 2,16 Glutamat 8,16
0Serin 2,96 Glisin 3,82
Prolin 2,79 Alanin 3,31
Sistin 0,60 Valin 3,07
Methionin 1,00 Tirosin 2,44
Phenil alanin 2.62

Pada Tabel 1. terlihat bahwa tepung Keong bekicot kaya akan kandungan asam amino esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan ikan dan ternak. Karena itu tepung Keong bekicot dapat dimanfaatkan dalam penggunaan pakan ikan dan ternak sebagai sumber protein hewani.

Minggu, 21 Maret 2010

PENDIDIKAN KELUARGA

PENDIDIKAN HAKIKI DALAM RUMAH TANGGA

Berangkat dari tanggungjawab maka peranan orang tua menjadi penentu bagi perkembangan watak seorang anak baik dilihat dari sisi keagamaan, sosial maupun emosionalnya. Keluarga khususnya orang tua merupakan penanaman utama dasar- dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan prilaku orang tua sebagai suri tauladan yang dapat dicontoh anak. Seperti kata pepatah “Buah Tidak Jatuh Jauh dari Pohonnya”.
Begitu juga sikap dan prilaku serta moral seorang anak tidak jauh berbeda dari orang tuanya, karena mereka merupakan contoh bagi anak. Oleh sebab itu orang tua mempunyai peranan besar dalam pembentukan moral seorang anak. Jika yang contoh yang baik diperoleh oleh anak maka ia akan menjadi anak yang baik, tetapi jika contoh yang buruk yang diperoleh maka menjadi buruklah - moral anak tersebut
Menurut Ki Hajar Dewantara, rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain perasaan dan keadaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk keberlangsungannya pendidikan, teristimewa pendidikan budi pekerti, terdapatlah didalam hidup keluarga dalam sifat yang kuat dan murni, sehingga tak dapat pusat-pusat pendidikan lain menyamainya. Segala nilai yang dikenal oleh anak baik yang diperoleh di keluarga maupun di sekolah akan melekat pada dirinya, dan akan menjadi bekal hidupnya kelak dalam bergaul. Nilai tersebut diperoleh oleh anak melalui peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Perkembangan benih-benih kesadaran nilai pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa kasih sayang, tolong menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan dan keserasian serta ikut menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
Sehingga dengan pemupukan nilai-nilai hakiki kepada anak sejak dini, anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi, tidak mementingkan kepentingan pribadi. Ia akan tumbuh menjadi orang yang perasa dan pemurah, serta peka terhadap kondisi lingkungan. Tidak menjadi sosok yang apatis, lebih mementingkan diri sendiri serta bersikap masa bodoh terhadap orang disekitarnya.

A. Menghadapi Perubahan Nilai
Rendahnya pendidikan masyarakat, sistem pendidikan yang tidak mapan, struktur ekonomi yang keropos, serta jati diri bangsa yang belum terinternalisasikan, menjadikan bangsa rentan terhadap nilai-nilai baru yang datang dari luar. Nilai-nilai Barat yang sebagian berseberangan dengan nilai-nilai ketimuran dengan mudah diadopsi, terutama oleh generasi muda. Nilai yang mudah ditiru pada umumnya adalah nilai-nilai yang berisi kesenangan, permainan, dan hedonisme yang sering kali membawa dampak buruk. Sebaliknya, nilai-nilai positif dari Barat seperti kecerdasan dan kemajuan iptek tidak diserap dengan baik.
Demikian pula perkembangan budaya dan pola berpikir masyarakat yang materialistis dan sekularis, maka nilai yang bersumberkan agama belum diupayakan secara optimal. Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan. Pelaksanaan ajaran agama dipandang cukup dengan melaksanakan ritual agama, sementara aspek ekonomi, sosial, dan budaya lainnya terlepas dari nilai-nilai agama penganutnya atau dengan kata lain pelaksanaan ritual agama (ibadah) oleh seseorang terlepas dari perilaku sosialnya. Padahal, ibadah itu sendiri memiliki nilai sosial yang harus melekat pada orang yang melaksanakannya, misalnya orang yang salat ditandai dengan perilaku menjauhkan dosa dan kemunkaran, puasa mendorong orang untuk sabar, tidak emosional, tekun, dan tahan uji
Menghadapi persoalan tersebut, di kalangan ahli pendidikan sepakat untuk membina dan mengembangkan pendidikan nilai, moral, dan norma. Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Kupperman, 1983). Nilai dilihat dalam posisinya adalah subjektif, yakni setiap orang sesuai dengan kemampuannya dalam menilai sesuatu fakta cenderung melahirkan nilai dan tindakan yang berbeda. Dalam lingkup yang lebih luas, nilai dapat merujuk kepada sekumpulan kebaikan yang disepakati bersama. Ketika kebaikan itu menjadi aturan atau menjadi kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur dalam menilai sesuatu, maka itulah yang disebut norma. Jadi nilai adalah harga yang dituju dari sesuatu perilaku yang sesuai dengan norma yang disepakati. Sedangkan moral adalah kebiasaan atau cara hidup yang terikat pada pertanggungjawaban seseorang terhadap orang lain sehingga kebebasan dan tanggung jawab menjadi syarat mutlak.
Nilai, moral, dan norma merujuk kepada kesepakatan dari suatu masyarakat. Karena itu, nilai, moral, dan norma akan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat (relatif). Agama dipadang sebagai sumber nilai (Nilai Hakiki) karena agama berbicara baik dan buruk, benar, dan salah. Demikian pula, agama Islam memuat ajaran normatif yang berbicara tentang kebaikan yang seyogianya dilakukan manusia dan keburukan yang harus dihindarkannya. Islam memandang manusia sebagai subjek yang paling penting di muka bumi sebagaimana diungkapkan Alquran (Q.S. 45:13) bahwa Allah menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk manusia. Sedangkan ketinggian kedudukan manusia terletak pada ketakwaannya, yakni aktivitas yang konsisten kepada nilai-nilai Ilahiah yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial.
Dilihat dari asal datangnya nilai, dalam perspektif Islam terdapat dua sumber nilai, yakni Tuhan dan manusia. Nilai yang datang dari Tuhan adalah ajaran-ajaran tentang kebaikan yang terdapat dalam kitab suci. Nilai yang merupakan firman Tuhan bersifat mutlak, tetapi implementasinya dalam bentuk perilaku merupakan penafsiran terhadap firman tersebut bersifat relatif. Menelusuri makna nilai dalam perspektif Islam dapat dikemukakan konsep-konsep tentang kebaikan yang ditemukan dalam Alquran. Beberapa istilah dalam Alquran yang berkaitan dengan kebaikan, yaitu alhaq dan al-ma'ruf .
Alhaq mengandung arti kebenaran yang datang dari Allah, sesuatu yang pasti seperti datangnya hari akhir, dan lawan dari kebatilan. Alhaq dalam Alquran dikaitkan dengan Alquran sebagai bentuk sumber dan Muhammad sebagai pembawa yang menyampaikannya kepada manusia. Haq adalah kebenaran yang bersifat mutlak dan datang dari Tuhan melalui wahyu. Manusia diminta untuk menerima dengan tidak ragu-ragu mengenai kebenaran nilai tersebut (Q.S. 2:147). Haq bersifat normatif, global, dan abstrak sehingga memerlukan penjabaran sehingga dapat dilaksanakan secara operasional oleh manusia.

B. Peran Orang tua dalam menanamkan Nilai-nilai
Peran dan tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak nilai-nilai hakiki dalam keluarga sangat dominan sebab di tangan orang tuanyalah baik dan buruknya akhlak anak. Pendidikan dan pembinaan merupakan hal paling penting dan sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas hidup. Dalam ajaran agama Islam. Menurut Abdur Rahman al-Bani pendidikan memiliki 4 unsur yaitu :
1.Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (baligh)
2.Mengembangkan seluruh potensi
3.Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan
4.Melaksanakannya secara bertahap
Dari pendapat tersebut bahwa yang dimaksud dengan pendidikan nilai-nilai meliputi unsur-unsur memelihara dan mengembangkan potensi atau fitrah anak didik secara bertahap sesuai dengan perkembangannya.
Orang tua dituntut untuk dapat berperan aktif. Oleh karena itu peranan orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai terhadap anak yang bersumberkan ajaran agama Islam sangat penting dilakukan agar anak dapat menghiasi hidupnya dengan akhlak yang baik sehingga anak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum dan norma kesusilaan.
Pembiasaan-pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan nasehat merupakan hal yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku remaja yang menyimpang dapat dikendalikan.
Pola pendidikan dapat diupayakan melalui proses interaksi dan internalisasi dalam kehidupan keluarga dengan menggunakan metode yang tepat seperti yang dikemukakan an-Nahlawi (dalam Dahlan : 1992) bahwa metode pendidikan dan pembinaan akhlak yang perlu diterapkan oleh orang tua dalam kehidupan keluarga adalah sebagai berikut :
1.Metode hiwar (percakapan)
2.Metode kisah
3.Metopde mendidik dengan amtsal (perumpamaan)
4.Metode mendidik dengan teladan
5.Metode mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman
6.Metode mendidik dengan mengambil pelajaran dan (peringatan)
7.Metode mendidik dengan membuat senang dan membuat takut
Materi yang diberikan pada anak dalam pendidikan nilai-nilai sebaiknya tidak terlepas dari ruang lingkup akhlak Islami yang mencakup berbagai aspek seperti yang dikemukakan Hamzah (1996) diantaranya : akhlak terhadap Allah (hablum minallah), akhlak terhadap manusia (hablum minannas), akhlak terhadap alam semesta (hablum minal a’lam) dan akhlak terhadap diri sendiri (hablum minnafsi).

DAFTAR PUSTAKA

Abul Quasem, 1988, Etika Al-Ghazali, Pustaka Bandung.

An-Nahlawi, Penyunting M.D Dahlan, 1992 Prinsip-Prinsip Metoda Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat, Diponogoro, Bandung.

Bagus, Lorens, 1996. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia

Hamzah Ya’qub, 1996, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, Diponogoro, Bandung.

http//teras kita.wordpress.com/2009/ Pendidikan Agama Islam Dengan Penenaman Nilai dan Pembiasaan,
http//bbawor.blogspot.com/2008/08/28/penanaman nilai moral untuk anak sejak dini
Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki tahun 2000, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993), h. 78

Sistem Manajemen Informasi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi, sekolah-sekolah di Indonesia sudah waktunya mengembangkan Sistem Informasi manajemennya agar mampu mengikuti perubahan jaman.
Sistem Informasi manajemen mampu memberikan kemudahan pihak pengelola menjalankan kegiatannya dan meningkatkan kredibilitas dan akuntabilitas sekolah dimata siswa, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya. Penerapan teknologi informasi untuk menunjang proses pendidikan telah menjadi kebutuhan bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi manajemen pendidikan. Keberhasilan dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas bagi manajemen pendidikan akan ikut menentukan kelangsungan hidup lembaga pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain menunda penerapan teknologi informasi dalam lembaga pendidikan berarti menunda kelancaran pendidikan dalam menghadapi persaingan global. Pemanfaatan teknologi informasi diperuntukkan bagi peningkatan kinerja lembaga pendidikan dalam upayanya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.
Guru dan pengurus sekolah tidak lagi disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan operasional, yang sesungguhnya dapat digantikan oleh komputer. Dengan demikian dapat memberikan keuntungan dalam efisien waktu dan tenaga. Penghematan waktu dan kecepatan penyajian informasi akibat penerapan teknologi informasi tersebut akan memberikan kesempatan kepada guru dan pengurus sekolah untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan pembinaan kepada siswa. Dengan demikian siswa akan merasa lebih leluasa dalam upaya mengembangkan kepribadian dan pengetahuannya.
Sektor pendidikan yang merupakan salah satu sektor pembangunan yang sedang dapat perhatian besar dari pemerintah merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat potensial untuk dapat diintegrasikan dengan kehadiran teknologi informasi. Dampak dari perkembangan yang menyebabkan dunia pendidikan harus menyelaraskan diri guna peningkatan kualitas dan performa institusi pendidikan untuk bisa bersaing ditengah-tengah arus globalisasi, dan bisa menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa institusi pendidikan tersebut bisa diterima dan diakui oleh banyak pihak yang terkait.
A.Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan – laporan yang diperlukan. Sistem informasi dalam suatu organisasi dikembangkan karena adanya dasar – dasar pertimbangan sebagai berikut :
1.Pertumbuhan organisasi dalam organisasi kecil, system informasinya berkembang secara alamiah dan tidak terencana karena permasalahan yang dihadapi relatif sederhana, sedangkan dalam organisasi yang cukup besar , system informasi harus dirancang dan dikembangkan secara sistematik karena permasalahan yang dihadapinya lebih kompleks.
2.Dengan adanya system informasi yang tidak disesuaikan kebutuhan masing – masing organisasi biasanya terjadi permasalahan yang menyangkut integritas system dan kodefikasi informasi bila terjadi tukar menukar informasi diantara unit – unit informasi.
B.Pengembangan Sistem Informasi
Dalam suatu pengembangan sistem informasi, maka dibutuhkan beberapa hal yang sangat berperan penting antara lain data, informasi tahapan pengembangan sistem dan alat pengembangan sistem informasi tersebut.
1. Data
Data merupakan bahan yang masih mentah yang belum dapat bercerita banyak, sehingga perlu diolah melalui suatu model untuk dihasilkan informasi. Konsep dasar dari data berkaitan dengan pendeskripsian suatu fakta yang berupa benda, smbol, objek, keadaan, peristiwa, yang dinyatakan dalam kelompok simbol – simbol yang mewakili kuantitas, tulisan, kode, atau gambar. Data disusun untuk diolah dalam bentuk struktur data, struktur file, dan basis data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem pengolahan data menjadi informasi adalah pengolahan data dari bentuk yang tidak berguna menjadi informasi yang berguna bagi penerimanya.

2. Informasi
Informasi dapat didefinisikan sebagai data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan dalam kondisi sekarang maupun yang akan datang. Telah diketahui bahwa informasi hal yang sangat penting bagi manajemen di dalam pengambilan keputusan. Adapun kualitas dari suatu informasi ditentukan oleh tiga hal :
1.Informasi harus jelas dan akurat, serta bebas dari kesalahan dan tidak mengandung dualisme (bermakna ganda).
2.Tepat waktu, yaitu informasi yang diterima oleh pembuatan keputusan harus datang tepat, karena informasi yang terlambat datangnya, akan menjadi usang dan menjadi tidak bermanfaat bagi penerimanya.
3.Relevan, maksudnya informasi tersebut sesuai dengan penerimanya, karena setiap pengambil keputusan baik perorangan ataupun kelompok, sangat relatif bervariasi dalam menentukan kebutuhan kebutuhan informasinya.

BAB II
TINJAUAN TEORI/ULASAN

A.Pedoman Administrasi dalam dunia pendidikan
Meningkatnya efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut, sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pendidikan bagi Kepala Sekolah dan Guru. Peningkatan kemampuan tersebut akan berakibat positif, yaitu makin meningkatnya efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut. Untuk memperlancar kegiatan di atas agar lebih efektif dan efisien perlu informasi yang memadai.
Untuk meningkatkan pelayanan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan menjadi faktor penting sekaligus penghematan bagi Pendidikan dan kini telah menjadi salah satu standar mutu sebuah Pendidikan. Otomatisasi/komputerisasi sistem pelayanan dan sistem informasi manajemen merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak lembaga Pendidikan yang telah mendapat manfaat dari peralatan canggih ini.
Perkembangan Pendidikan di Indonesia yang maju sekarang ini, baik dari aspek administratif atau teknologi, maka proses pelayanan Pendidikan di Indonesia dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk mengembangkan mutu Pendidikan dibutuhkan beberapa fasilitas pendukung, dimana salah satu fasilitas pendukung tersebut adalah aplikasi teknologi informasi dalam bidang sistem informasi manajemen Pendidikan.
Sistem informasi di dunia pendidikan ini menyangkut dua hal pokok yaitu kegiatan pencatatan data (recording system) dan pelaporan (reporting system). Untuk memperlancar dua kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor penunjang antara lain :
1. Format-format yang dipergunakan
2. Petunjuk dan aturan yang berlaku
3. Ketrampilan personil yang memadai
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Sekolah itu sering disebut kegiatan administrasi. pencatatan dan perekaman data dan pengaturan sumber data di sekolah yang rapi / teratur dan benar sangat diperlukan dalam sistem informasi. Untuk itu pedoman administrasi secara tertulis memegang peranan yang penting dalam kegiatan system informasi manajemen.
B. Administrasi Pendidikan
Data pendidikan yang terdapat di Sekolah khususnya tingkat menengah sangat banyak macam dan jenisnya. Agar pencatatan data lebih mudah dan sederhana sehingga
memperlancar kegiatan administrasi, data yang banyak jenisnya itu dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu :
a. Administrasi Kesiswaan
b. Administrasi Program Pengajaran
c. Administrasi Kepegawaian
d. Administrasi Keuangan
e. Administrasi Perlengkapan / barang

1.System Informasi Siswa
Sekolah telah memiliki bisnis proses yang baku dalam penanganan Sekolah, penerimaan siswa, pengelolaan guru, manajemen mata pelajaran dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan di Sekolah. Aturan yang baku merupakan salah satu modal awal untuk mempercepat diimplementasikannya aplikasi ini.
Data siswa digunakan untuk mengelola informasi penting tentang siswa yang terdaftar di sekolah, ini dapat membantu dalam : mengelola data siswa, menambah data siswa, mencetak kartu pelajar ,mengedit kenaikan kelas, mengedit kelulusan kelas. Menu ini juga dapat menampilkan rekap global seluruh siswa. Sistem Informasi Siswa : berisi data Penerimaan Siswa Baru, Biodata siswa, Pengelolaan Kenaikan Kelas Siswa (manual maupun otomatis), Pengelolaan Kelulusan/Alumni, Pencetakan Kartu Siswa, dan Pengelolaan Kedisiplinan Siswa , atau berdasarkan kelompok, seperti : Usia, Kelas , Agama , Tahun masuk dan tahun keluar (lulus, belum lulus, keluar/DO.
2.System Informasi program Pengajaran
Sistem penjadwalan yang harus dilakukan setiap awal semester. Biasanya membutuhkan waktu lama , Dengan system informasi manajemen sekolah. menyusun penjadwalan dapat selesai dalam waktu singkat. Untuk mempermudah bagian administrasi kurikulum sekolah, system informasi manajemen sekolah menyediakan fasilitas istimewa yang merupakan inti dari sistem kurikulum sekolah yaitu membantu dalam pembuatan penjadwalan mata pelajaran sekolah yang dapat diproses tidak lebih lama dari 10 menit. Administrator hanya akan memasukkan kondisi dari masing-masing guru yang akan mengajar baik itu dalam satu minggu seorang guru dapat mengajar berapa jam, selain itu dapat juga melakukan pemesanan tempat dan penempatan hari libur masing-masing guru dalam satu minggu masa mengajar.
Setelah semua kondisi dimasukkan, sistem akan memproses semua data tersebut sehingga menghasilkan jadwal yang optimal dan dapat langsung dipakai karena sistem akan mendeteksi sehingga tidak akan ada jadwal yang bertumpukan satu dengan yang lainnya. Setelah semua kondisi dimasukkan, sistem akan memproses semua data tersebut sehingga menghasilkan jadwal yang optimal dan dapat langsung dipakai karena sistem akan mendeteksi sehingga tidak akan ada jadwal yang bertumpukan satu dengan yang lainnya.
3.System Informasi Kepegawaian
Pedoman Administrasi Kepegawaian menguraikan kegiatan yang berkaitan dengan kepegawaian, tugas dan tanggung jawab pengelolaan satuan pendidikan dan peningkatan tata usaha kepegawaian di sekolah. Sesuai dengan prinsip tata laksana kepegawaian sekolah yang menyeluruh dan berkelangsungan. Untuk itu telah diusahakan bentuk-bentuk pelayanan hak-hak pegawai/guru yang bertugas di sekolah tertentu, pindah tempat, sampai yang bersangkutan berhenti menjadi pegawai / guru. Penggunaan format sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan suatu kegiatan pelayanan administrasi dalam rangka pembinaan pegawai/guru berkelangsungan, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman Administrasi Kepegawaian menguraikan kegiatan yang berkaitan dengan kepegawaian, tugas dan tanggung jawab pengelolaan satuan pendidikan dan peningkatan tata usaha kepegawaian di sekolah. Sebagai perlengkapan tata laksana kepegawaian disediakan format-format untuk menata pelaksanaan kegiatan tertentu yang diperlukan. Sesuai dengan prinsip tata laksana kepegawaian sekolah yang menyeluruh dan berkelangsungan. Untuk itu telah diusahakan bentuk-bentuk pelayanan hak-hak pegawai/guru yang bertugas di sekolah tertentu, pindah tempat, sampai yang bersangkutan berhenti menjadi pegawai / guru.
Data Guru dan Karyawan digunakan untuk mengelola informasi penting tentang tenaga pengajar maupun karyawan-karyawan yang terdaftar di sekolah, seperti biodata, pangkat, jabatan, alamat, status bekerja, shift kerja dan lain-lain. Data yang dimasukkan akan tersimpan pada database sehingga kapanpun diperlukan untuk berbagai keperluan, dapat pemprosesnya dalam waktu yang cepat.
4.System Informasi Keuangan
Sarana peningkatan pengelolaan sistem informasi keuangan di sekolah sangat menunjang untuk kelancaran pendokumentasian atau pelaporan keluar dan masuknya sumber keuangan. Oleh sebab itu kita tidak menutup mata apabila di era yang sangat modern ini sarana sistem informasi bidang keuangan sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pelayanan yang ada saat ini. Kondisi pelayanan sistem keuangan yang ada pada saat ini masih manual terutama di lingkungan pendidikan tingkat SMP dan SMA khususnya sekolah – sekolah negeri, dikarenakan keterbatasan sumber daya manusianya. Serta dana yang dimiliki sekolah yang sangat minim dari anggaran yang diberikan oleh pemerintah.
Maka untuk menata sistem informasi keuangan demi kelancaran dan kemudahan serta membina segala kebutuhan pelayanan terhadap siswa dan para orang tua dalam pengadministrasian harus perpedoman pada dasar/asas dan pengertian administrasi dalam pengelolaaan keuangan di sekolah,
Sistem Informasi Keuangan : akan berisi data pembayaran biaya pendidikan siswa, seperti SPP, uang pembangunan, dan biaya-biaya lain. Data pembayaran tersebut akan ditampilkan dalam format laporan yang akan memudahkan pihak sekolah dalam melakukan pemeriksaan dan evaluasi, seperti :
* Laporan siswa yang belum melakukan pembayaran
* Laporan siswa yang sudah melakukan pembayaran
* Laporan-laporan yang berkenaan dengan honor guru/karyawan
- membuat komponen-komponen honor guru,
- update honor guru
- membuat laporan-laporan yang berkenaan dengan honor guru/karyawan.
- membuat slip honor guru
- membuat tunjangan berdasarkan jabatan

5.System Informasi Sarana dan Prasarana
System Informasi Sarana dan Prasarana berisi mengenai Manajemen Aset sekolah yang berisi beberapa kelebihan antara lain adalah:
•Tertib Administrasi, seluruh data/atribut aset tercatat dengan baik, manageable, penanganan simultan dalam satu periode, up-to-date (selalu terbarukan), proses pengelolaan data cepat
•Sistem Informasi Eksekutif,
•Kemudahan untuk pengambilan keputusan atas aset (misal untuk untuk kepentingan utilisasi, investasi, penataan kawasan (estate management),
•Kemudahan dalam analisis aset, terutama melalui pendekatan ruang dan potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat ditentukan kebijakan terbaik.
•Optimalisasi Nilai dan Jumlah Aset. Proses monitoring terhadap aset lebih optimum (kinerja aset terkontrol), sehingga akan memberikan nilai kemanfaatan atas aset yang selalu tinggi
•Manajemen pemeliharaan dan kewajiban terhadap aset
•Pengelolaan data dan informasi yang lebih efektif dan efisien dimana sistem pelaporan dapat dilakukan setiap saat bergantung kebutuhan
•Optimalisasi Bobot Aset terhadap SDM
Pada aplikasi ini ditanamkan konsep bahwa setiap aset merupakan milik sebuah sekolah (dengan lokasi tertentu) yang berada pada unit tertentu. Hal ini untuk memudahkan pengelompokan tanggung jawab dan hak atas asset tersebut , baik tanggung jawab dalam pemeliharaan atau jatuh tempo suatu kewajiban


BAB III
KESIMPULAN

Sektor pendidikan yang merupakan salah satu sektor pembangunan yang sedang mendapat perhatian besar dari pemerintah merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat potensial untuk dapat diintegrasikan dengan kehadiran teknologi informasi. Dampak dari perkembangan itulah yang menyebabkan dunia pendidikan harus menyelaraskan diri guna peningkatan kualitas dan performa institusi pendidikan untuk bisa bersaing ditengah-tengah arus globalisasi, dan bisa menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa institusi pendidikan tersebut bisa diterima dan diakui oleh banyak pihak yang terkait.
Dunia pendidikan juga memerlukan pengelolaan informasi yang baik. Pengelolaan informasi siswa, guru, pegawai, mata pelajaran, keuangan, aset, dan lain sebagainya dapat dilakukan secara baik bila ada sistem pengelolaan informasi yang baik. Banyak sekali manfaat yang dirasakan bila terdapat sistem informasi yang baik, diantaranya adalah pencarian data dapat dilakukan dengan mudah, pengelolaan data menjadi lebih efesien, tidak ada duplikasi data dan lain sebagainya. Jika tidak ada sistem informasi yang baik maka hal-hal seperti itu sulit untuk dilakukan. Untuk menjamin kesinambungan dari perubahan dan perbaikan yang dicapai, perlu dikembangkan sebuah program pelatihan untuk lembaga-lembaga pelatihan guru, baik sebelum maupun setelah mulai mengajar.


DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Informasi_Manajemen/2008

Media.diknas.go.id/media/document/5757/ Pentingnya Administrasi Pada Manajemen Pendidikan

Marimir, Tanjung H., Prabowo H.,2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya manusia. PT. Grasindo. Jakarta

Pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/namafile/258/KT_Sstem Informasi Manajemen.pdf

Soedijarto. 1993. Memantapkan system Pendidikan Nasional. Gramedia . Jakarta

Wailer, Hans. 1980. Aeducational Planing and Social Change. Paris UNISCO

Zulkifli Hamsyah, 2006, Manajemen Sistem Manajemen, Gramedia Pustaka Utama , Jakarta